Wednesday, June 13, 2018

Pohon Cendana

Cendana



 Klasifikasi ilmiah:
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Santalales
Famili: Santalaceae
Genus:       Santalum
Spesies:  S. album
Nama binomial: Santalum album




Cendana  atau cendana wangi, merupakan pohon penghasil kayu cendana dan minyak cendana.
Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi,
campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Kayu yang baik bisa
menyimpan aromanya selama berabad-abad.
 Konon di Sri Lanka kayu ini digunakan untuk membalsam jenazah
putri-putri raja sejak abad ke-9. Di Indonesia, kayu ini banyak
ditemukan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Pulau Timor,
meskipun sekarang ditemukan pula di Pulau Jawa dan pulau-pulau
Nusa Tenggara lainnya.


 Cendana adalah tumbuhan parasit pada awal kehidupannya.

Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung
pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup
mendukung kehidupannya. 
Karena prasyarat inilah cendana sukar
dikembangbiakkan atau dibudidayakan.
Kayu cendana wangi (Santalum album) kini sangat langka dan harganya

sangat mahal. Kayu yang berasal dari daerah Mysoram di India selatan
biasanya dianggap yang paling bagus kualitasnya. Di Indonesia, kayu
cendana dari Timor juga sangat dihargai. Sebagai gantinya sejumlah

pakar aromaterapi dan parfum menggunakan kayu cendana jenggi
(Santalum spicatum). Kedua jenis kayu ini berbeda konsentrasi bahan

kimia yang dikandungnya, dan oleh karena itu kadar harumnya pun
 berbeda.


Kayu cendana dianggap sebagai obat alternatif untuk membawa orang
 lebih dekat kepada Tuhan.

Minyak dasar kayu cendana, yang sangat mahal dalam bentuknya yang murni, digunakan terutama untuk penyembuhan cara Ayurveda, dan

untuk menghilangkan rasa cemas.
 Ditinjau dari bahasa Belanda (sandelhout) dan bahasa Inggrisnya
 (sandalwood), kayu cendana diyakini berasal dari NTT khususnya Pulau
 Sumba. Hal ini dapat dilihat dari julukan Pulau Sumba, Sandalwood
Island. Julukan ini dibawa turun temurun dari zaman penjajahan
Jepang dan Belanda hingga sekarang.









No comments:

Post a Comment